Kamis, 14 April 2016

LAPORAN PRATIKUM MINERALOGI



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Mineral adalah suatu bahan alam yang mempunyai sifat-sifat fisik kimia tetap dapat berubah unsur tunggal atau persenyawaan kimia yang tetap, pada umumnya anorganik, homogen, dapat berupa padat, cair dan gas.
Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain mempelajari tentang sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya dan kegunaanya.
Mineralogi dibagi menjadi 2 bagian :
1.      Mineralogi fisik adalah yang mempelajari tentang sifat-sifat dari suatu mineral
2.      Mineralogi kimiawi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat kimia dari suatu mineral
Dewasa ini, ilmu pengetahuan yang kita miliki tidak hanya tertuju pada penguasaan konsep-konsep dan materi, tetapi juga dibutuhkan pemahaman dan penghayatan secara mendalam terhadap hubungan antara ilmu pengetahuan tersebut dengan kenyataan yang ada di lapangan. Maka dari itu, salah satu hal yang perlu dilaksanakan adalah adanya sistem pembelajaran langsung di lapangan salah satunya diwujudkan dengan menyelenggarakan field trip lapangan bagi mahasiswa.
Dengan adanya field trip lapangan diharapkan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh mahasiswa tidak terbatas pada teori-teorinya saja, tetapi juga penguasaan terhadap kondisi riil di lapangan. Begitu pun dengan Mata Kuliah Mineralogi, mahasiswa pun diharapkan memiliki pengetahuan mengenai kondisi geomorfologi suatu wilayah dan sifat fisik mineral, baik itu ditinjau dari sudut pandang bentuk morfologinya, bentuk tenaga geologi yang mempengaruhi bentuk morfologi serta berbagai aspek lain.
Praktek lapangan ini dimaksudkan untuk menyesuaikan antara teori yang diterima dengan objek lapangan. Karena kita tahu bahwa kajian mineralogi belum cukup lengkap jika sebatas teori saja, sehingga praktek lapangan sangatlah penting untuk dilaksanakan karena dapat membantu memperdalam ilmu yang diterima khususnya pada mata kuliah Mineralogi

B.     Tujuan
 Adapun tujuan dilaksanakannya praktek lapangan ini antara lain :
a.       Melatih mahasiswa mengobservasi, mengumpulkan dan mengidentifikasi sifat fisik mineral
b.      Melatih mahasiswa mengumpulkan, mengelola dan menginterpretasi data yang dikumpulkan melalui observasi sifat fisik mineral guna menyusun laporan ataupun karya ilmiah mineralogi
c.       Dilatih menjadikan lapangan sebagai salah satu media pembelajaran.
d.      Membentuk sikap dan perilaku cinta lingkungan kepada para mahasiswa




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.       Mineralogi
Mineralogi adalah suatu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, diantaranya mempelajari tentang sifat - sifat fisik, cara terjadinya, cara terbentuknya, sifat - sifat kimia, dan juga kegunaannya. Mineralogi terdiri dari kata mineral dan logos. Logos yang berarti ilmu apabila digabungkan dengan mineral maka arti Mineralogi adalah Ilmu tentang Mineral.
Mineral adalah suatu zat padat yang terdiri dari unsur atau persenyawaan kimia yang dibentuk secara alamiah oleh proses-proses anorganik, mempunyai sifat-sifat kimia dan fisika tertentu dan mempunyai penempatan atom-atom secara beraturan di dalamnya, atau dikenal sebagai struktur kristal. Selain itu kata mineral juga mempunyai banyak arti, hal ini tergantung darimana kita meninjaunya. Mineral dalam arti farmasi lain dengan pengertian di bidang geologi. Istilah mineral dalam arti geologi adalah zat atau benda yang terbentuk oleh proses alam, biasanya bersifat padat serta tersusun dari komposisi kimia tertentu dan mempunyai sifat-sifat fisik yang tertentu pula. Mineral terbentuk dari atom-atom serta molekul-molekul dari berbagai unsur kimia, dimana atom-atom tersebut tersusun dalam suatu pola yang teratur. Keteraturan dari rangkaian atom ini akan menjadikan mineral mempunyai sifat dalam yang teratur. Mineral pada umumnya merupakan zat anorganik. ( Murwanto, Helmy, dkk. 1992 )
Maka pengertian yang jelas dari batas mineral oleh beberapa ahli geologi perlu diketahui walaupun dari kenyataannya tidak ada satupun persesuaian umum untuk definisinya.
Definisi mineral menurut beberapa ahli :
L.G.Berry dan B.Mason, 1959
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas batas tertentu dan mempunyai atom atom yang tersusun secara teratur.

D.G.A Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972
Mineral adalah suatu bahan padat yang secara structural homogen mempunyai komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang anorganik.
A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977
Mineral adalah suatu bahan atau zat yang homogen mempunyai komposisi kimia tertentu atau dalam batas batas dan mempunyai sifat sifat tetap, dibentuk dialam dan bukan hasil suatu kehidupan.
UU Republika Indonesia Nomor 4 Tahun 2009
Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu, serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas ataupun dalam bentuk yang padu.
B.        Sifat - Sifat Fisik Mineral
1.   Warna
Warna adalah suatu yang kita tangkap dengan mata apabila mineral terkena oleh cahaya atau spektrum cahaya yang dipantulkan oleh mineral itu sendiri. Warna penting untuk membedakan antara warna mineral yang diakibatkan oleh pengotoran dan warna asli dari mineral itu sendiri. Banyak mineral mempunyai warna yang khusus, misalnya mineral azurit yang berwarna biru dan mineral epidon yang berwarna kuning hijau, dll.

Warna mineral dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
a.      Warna Isiokhromatik
Apabila mineral mempunyai warna yang selalu tetap, pada umumnya dijumpai pada mineral - mineral, yang tidak tembus cahaya (opaque) atau berkilap logam. Contoh : Magnetit, Galena, Pirit, Pirolusit, dll.
b.      Warna Allokhromatik
Apabila mineral warnanya tidak tetap tergantung terhadap mineral pengotornya, pada umumnya yang dijumpai pada mineral yang tembus cahaya (transparan/translucent) atau berkilap non logam. Contoh : Kuarsa, Gipsum, Kalsit, dll.

2.      Kilap (Luster)
Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan sebuah mineral yang erat hubungannya itu dengan sifat pemantulan dan pembiasan. Intensitas kilap tergantung dari indeks bias dari mineral, apabila semakin besar indeks bias mineral, semakin besar pula jumlah cahaya yang dipantulkan . Nilai ekonomik mineral kadang - kadang ditentukan oleh kilapnya. Macam - macam kilap antara lain :
1. Kilap Logam (Metallic Luster)
Mineral - mineral opaque yang mempunyai indeks bias sama dengan tiga atau lebih.             Contoh : Galena, Native Metal,  Sulfit, Pirit, dll.
2. Kilap Kaca (Vitreous Luster)
            Bila terkena cahaya, mineral memberikan kesan seperti kaca. Contoh : Kuarsa, Kalsit, dll
3. Kilap Intan (Diamond Luster)
Bila terkena cahaya, mineral memberikan kesan cemerlang seperti intan. Contoh : Intan


4. Kilap Sutera (Silky Luster)
Bila terkena cahaya, mineral memberikan kesan sutera dan umumnya terdepat pada mineral yang berserat. Contoh : Asbes, Aktinolit, Gipsum, dll 
5. Kilap Damar (Resinous Luster)
Bila terkena cahaya, mineral memberikan kesan seperti getah damar atau kekuning - kuningan. Contoh : Spalerit, Sulfonit, dll
6. Kilap Mutiara (Pearly Luster)
Bila terkena cahaya, mineral memberikan kesan seperti mutiara atau bagian dalam dari kulit kerang. Contoh : Muskovit, Talk, Dolomit, dll
7. Kilap Lemak (Greasy Luster)
 Bila terkena cahaya, mineral memberikan kesan seperti sabun. Contoh : Serpentinit, dll
8. Kilap Tanah (Earthy Luster)
Bila terkena cahaya, mineral memberikan kesan seperti lempung. Contoh : Kaolin, Limonit, Pauksit, dll
3.      Cerat/Warna
Cerat atau warna goresan merupakan bagian dari warna di dalam mineral, tetapi dalam bentuk serbuk, dapat diperloeh dengan cara mengikir atau digesekkan di bagian belakang porselen atau ampelas.

4.      Pecahan
Pecahan adalah kenampakan mineral dalam keadaan pecah, cara mengetahuinya dengan melalui bidang yang tidak rata, tidak halus, tidak licin, dan tidak teratur. jenis - jenis pecahan yaitu :
a. Pecahan Konkoidal
Memperlihatkan gelombang seperti kenampakan bagian luar kulit kerang atau botol yang dipecah. Contoh : Kuarsa, Kalsedon, dll

b. Pecahan Serat
Menunjukkan kenampakan permukaan yang gejala seperti serat atau daging. Contoh : Serpentinit, Asbes, Augit, dll
c. Pecahan Tidak Rata
Menunjukkan kenampakan permukaan yang tidak teratur dan kasar. 
d. Pecahan Runcing
Permukaannya tidak teratur dan ujung - ujungnya runcing dan kasar.
e. Pecahan Rata
Permukaannya rata dan cukup halus. Contoh : Lempung, dll

5.      Belahan
Belahan adalah kenampakan minearl untuk membelah melalui bidang yang rata, halus, dan licin, serta pada umumnya selalu berpasangan. Belahan dapat dibedakan menjadi :
1. Belahan Sempurna (Perfect Cleavage)
    Merupakan pecahan yang sejajar terhadap bidang dari satu belahannya dengan memperlihatkan bidang permukaan yang halus. Contoh : Biotit, Muskovit, dll
2. Belahan Baik (Good Cleavage
    Merupakan mineral lebih mudah belah yang menurut bidang di dalam belahannya bila dibandingkan dengan belahannya kearah lain. Contoh : Kalsit, Orthoklas, Gipsum, dll
3. Belahan Tidak Jelas (Indistinct Cleavage)
    Merupakan bidang belahan seperti garis atau kenampakan striasi pada bidang belahannya. Contoh : Plagioklas, dll
4. Belahan Tidak Tentu
    Merupakan mineral yang tidak ada belahannya. Contoh : Kuarsa, Opal, Kalsedon, dll
5. Belahan Jelas (Distinct)
    Merupakan pecahan yang sesuai terhadap bidang dari suatu belahan tetapi juga terpecah kearah lain. Contoh : Hornblende
6. Belahan Tidak Sempurna (Inperfect Cleavage)
    Merupakan bidang belahan yang tidak rata dan juga cukup sukar untuk diamati. Contoh : Apatit, Native  Metal, dll

Ditinjau dari arah belahannya, maka belahan dapat dibedakan menjadi :
1. Belahan satu arah
2. Belahan dua arah





3. Belahan tiga arah

4. Belahan empat arah


6.   Bentuk
Bentuk mineral ada dua macam, yaitu :
1. Bentuk Kristalin
    Apabila mineral mempunyai bidang yang ideal dan baisanya terdapat pada mineral yang mempunyai bidang belahan.
2. Bentuk Amorf
    Mineral tidak mempunyai batasan yang jelas.

7.         Kekerasan
Kekerasan adalah ukuran daya tahan suatu mineral apabila permukaannya digores dengan mineral lain. Contoh : Mineral X digores dengan menggunakan Mineral Z ternyata pada permukaan mineral X tergores, maka Mineral Z lebih keras dari mineral X. Berikut tabel Skala Kekerasan mineral yang dibuat oleh Mohs.

Selain menggunakan mineral, bisa juga menggunakan alat untuk mengukur suatu kekerasan dari mineral.
Kuku Jari = 2,5
Jarum = 3,0
Uang Logam = 3,5
Paku Besi = 4,5
Pisau Baja = 5,5
Kaca = 5,5 - 6,0
Kikir Baja = 6,0 - 7,0
Ampelas = 8,0 - 9,0 

8.   Kemagnetan
Kemagnetan adalah sifat mineral pada gaya tarik magnet. kemagnetan dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Ferromagnetik : tertarik kuat oleh magnet seperti magnetit dan pirotit.
2. paramagnetik : tertarik lemah oleh magnet seperti pirit.
3. Diamagnetik : tidak tertarik oleh magnet.


9.   Sifat Dalam
Sifat dalam adalah reaksi mineral terhadap gaya seperti memberi penekanan, pemotongan, pembengkokan, pematahan, atau penghancuran. Sifat dalam dibedakan menjadi enam, yaitu:
1. Rapuh (Brittle)
    Bila digores menjadi tepung, tetapi isinya atau bubuknya tidak pergi ke segala arah dan mudah untuk dihancurkan.
2. Dapat Diiris (Sectile)
    Dapat diiris dengan pisau dan juga pada kenampakannya memberikan kehalusan.
3. Dapat Dipintal (Ductile)
    Dapat dibentuk layaknya kapas.
4. Lentur (Elastic)
    Bila dibengkokkan dapat kembali keseperti semula.
5. Fleksible
    Bila dibengkokkan tidak dapat kembali lagi keseperti semula.
6. Dapat Ditempa
    Bila mineral dipukul, dapat menjadi lebih tipis atau melebur. 

10.  Kelistrikan (Electricity
Kelistrikan merupakan sifat dalam mineral yang berhubungan dengan arus atau aliran listrik. Sifat listrik mineral dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Konduktor, yaitu mineral yang mampu menghantarkan listrik.
2. Non-Konduktor atau Isolator, yaitu suatu mineral tidak dapat menghantarkan arus listrik.



Sifat Kimia Mineral
Berdasarkan sifat - sifat kimia mineral digolongkan menjadi delapan, yaitu:
1. Golongan Native Element
    Golongan ini dicirikan dengan hanya memiliki satu unsur kimia. Dibagi menjadi tiga, yaitu:
    a. Golongan Logam. Contoh : Au, Cu, Pt, Fe, dll
    b. Golongan Semi Logam. Contoh : As, B, dll
    c. Golongan Non Logam. Contoh : O2  
2. Golongan Sulfida
    Golongan ini dicirikan dengan adanya gugus anion, yaitu merupakan persenyawaan kimia, unsur dari sulfur bergabung pada unsur logam dan semi logam. Sulfida dilapisi oleh hidrotermal sehingga mudah untuk dioksidasi oleh sulfat. Contoh : Pirit (FeS2), Galena (PbS), dll
3. Golongan Oksida dan Hidroksida
    Dicirikan oleh satu gugus anion. Berdasarkan perbandingan antara logam dengan oksigen, maka golongan oksida dapat digolongkan menjadi oksida sederhana dan juga kompleks. Contoh : Kuarsa (SiO) untuk oksida dan Mangan (MnO(OH)) untuk hidroksida. Golongan oksida tersusun oleh unsur - unsur yang bersenyawa dengan oksigen,. Unsur digolongan ini amat banyak dan biasanya logam berkombinasi dengan gas yang salah satunya adalah oksigen . Sifat golongan oksida berubah - ubah dan terbentuk pada lingkungan geologi dan tipe - tipe batuan yang banyak jenisnya.
4. Golongan Halida
    Adalah persenyawaan kimiawi dimana unsur - unsur logam bersenyawa dengan unsur - unsur yang halogen. Dalam golongan ini dicirikan adanya dominasi dari ion-ion halogen elektromagnetik. Pada umumnya memiliki berat jenis yang rendah. Contoh Halit (NaCl).
5. Golongan Karbonat, Nitrat, dan Borates
    Karbonat adalah persenyawaan kimia dimana satu atau lebih unsur - unsur logam atau semi logam bersenyawa dengan karbonat yang umum, terbentuk ketika kalsium bersenyawa dengan karbonat radikal. Golongan ini dicirikan oleh adanya suatu gugus anion yang kompleks, hadirnya tidak stabil, rekasinya disebut fizz test. Contoh mineral karbonat antara lain adalah Kalsit (CaCO3), Dolomit (CaMg(CO3)2), aragonit (CaCO3), dll
    Nitrat adalah persenyawaan kimia dimana salah satu atau lebih unsur - unsur logam atau semi logam bersenyawa dengan nitrat radikal. Sifat dari golongan ini adalah mudah larut di dalam air, bila diletakkan dalam nyala api akan melebur. Contohnya adalah soda nitrat (NaNO3)
    Borates adalah persenyawaan kimia antara unsur logam persenyawaan dengan borates radikal.
6. Golongan Sulfat
    Sulfat adalah persenyawaan kimia yang dimana satu atau lebih unsur logam bersenyawa dengan sulfat radikal. golongan ini dicirikan dengan adanya gugus anioin S04, terbentuk dari larutan. Contohnya adalah Barit (BaSO4), Anhidrit (CaSO4), dll
7. Golongan Fosfat
    Fosfat adalah golongan persenyawaan kimia dimana salah satu logam bersenyawa dengan fosfat yang radikal. Golongan ini dicirikan oleh adanya gugus anioin PO4 dan pada umumnya berkilap kaca atau lemak serta cenderung lunak, rapuh, struktur kristal bagus, serta berwarna. Contoh Vivianit (Fe3(PO4)3), dll
8. Golongan Silika
    Silika adalah persenyawaan kimia dimana antara salah satu logam dengan salah satu dari SiO memiliki tetrahedralis solo atau berantai. Silika merupakan suatu golongan mineral yang paling besar dan sangat berlimpah keadaannya. Silika juga merupakan unsur pokok batuan beku dan metamorf. Contoh : ortoklas (KAlSi3O8)

11.     Sistem Kristal
Sistem kristal dapat dibagi ke dalam 7 sistem kristal. Adapun ke tujuh sistem kristal tersebut adalah Kubus, tetragonal, ortorombik, heksagonal, trigonal, monoklin, dan triklin.
1.      Sistem kristal kubus
Sistem kristal kubus memiliki panjang rusuk yang sama ( a = b = c) serta memiliki sudut (α = β = γ) sebesar 90°. Sistem kristal kubus ini dapat dibagi ke dalam 3 bentuk yaitu kubus sederhana (simple cubic/ SC), kubus berpusat badan (body-centered cubic/ BCC) dan kubus berpusat muka (Face-centered Cubic/ FCC).
Berikut bentuk dari ketiga jenis kubus tersebut:
Kubus sederhana, Pada bentuk kubus sederhana, masing-masing terdapat satu atom pada semua sudut (pojok) kubus. Pada kubus BCC, masing-masing terdapat satu atom pada semua pojok kubus, dan terdapat satu atom pada pusat kubus (yang ditunjukkan dengan atom warna biru). Pada kubus FCC, selain terdapat masing-masing satu atom pada semua pojok kubus, juga terdapat atom pada diagonal dari masing-masing sisi kubus (yang ditunjukkan dengan atom warna merah).
2.    Sistem Kristal tetragonal
Pada sistem kristal tetragonal, dua rusuknya yang memiliki panjang sama (a = b ≠ c) dan semua sudut (α = β = γ) sebesar 90°. Pada sistem kristal tetragonal ini hanya memiliki dua bentuk yaitu sederhana dan berpusat badan.
Pada bentuk tetragonal sederhana, mirip dengan kubus sederhana, dimana masing-masing terdapat satu atom pada semua sudut (pojok) tetragonalnya.
Sedangkan pada tetragonal berpusat badan, mirip pula dengan kubus berpusat badan, yaitu memiliki 1 atom pada pusat tetragonal (ditunjukkan pada atom warna biru), dan atom lainnya berada pada pojok (sudut) tetragonal tersebut.
3.    Sistem kristal Ortorombik
Sistem kristal ortorombik terdiri atas 4 bentuk, yaitu : ortorombik sederhana, body center (berpusat badan) (yang ditunjukkan atom dengan warna merah), berpusat muka (yang ditunjukkan atom dengan warna biru), dan berpusat muka pada dua sisi ortorombik (yang ditunjukkan atom dengan warna hijau). Panjang rusuk dari sistem kristal ortorombik ini berbeda-beda (a ≠ b≠ c), dan memiliki sudut yang sama (α = β = γ) yaitu sebesar 90°.
4.    Sistem kristal monoklin
Sistem kristal monoklin terdiri atas 2 bentuk, yaitu : monoklin sederhana dan berpusat muka pada dua sisi monoklin (yang ditunjukkan atom dengan warna hijau). Sistem kristal monoklin ini memiliki panjang rusuk yang berbeda-beda (a ≠ b≠ c), serta sudut α = γ = 90° dan β ≠ 90°.
5.    Sistem kristal triklin
Pada sistem kristal triklin, hanya terdapat satu orientasi. Sistem kristal ini memiliki panjang rusuk yang berbeda (a ≠ b ≠ c), serta memiliki besar sudut yang berbeda-beda pula yaitu α ≠ β ≠ γ ≠ 90°.
6.    Sistem kristal rombohedral atau trigonal
Pada sistem kristal ini, panjang rusuk memiliki ukuran yang sama (a = b ≠ c). sedangkan sudut-sudutnya adalah α = β = 90°dan γ =120°.
7.    Sistem kristal heksagonal
Pada system kristal ini, sesuai dengan namanya heksagonal (heksa = enam), maka system ini memiliki 6 sisi yang sama. System kristal ini memiliki dua nilai sudut yaitu 90° dan 120° (α = β = 90°dan γ =120°) , sedangkan pajang rusuk-rusuknya adalah a = b ≠ c. semua atom berada pada sudut-sudut (pojok) heksagonal dan terdapat masing-masing atom berpusat muka pada dua sisi heksagonal (yang ditunjukkan atom dengan warna hijau).
Secara keseluruhan, dapat dilihat pada tabel berikut :
No.
Sistem Kristal
Kisi Bravais
Panjang rusuk
Besar sudut-sudut
    1.
Kubus
  • Sederhana
  • Berpusat badan
  • Berpusat muka
a = b = c
α = β = γ = 90°
    2.
Tetragonal
  • Sederhana
  • Berpusat Badan
a = b ≠ c
α = β = γ = 90°
    3.
Ortorombik
  • Sederhana
  • Berpusat badan
  • Berpusat muka
  • Berpusat muka A, B, atau C
a ≠ b ≠ c
α = β = γ = 90°
    4.
Monoklin
  • Sederhana
  • Berpusat muka C
a ≠ b ≠ c
α = γ = 90°,β ≠ 90°
    5.
Triklin
  • Sederhana
a ≠ b ≠ c
α ≠ β ≠ γ ≠  90°
    6.
Rombohedral atau trigonal
  • Sederhana
a = b ≠ c
α = β = 90°,γ = 120°
    7.
Heksagonal
  • Sederhana
a = b ≠ c
α = β = 90°,γ = 120°

Total = 7 Sistem Kristal
Total = 14 Kisi Bravais







BAB III
Metode Penelitian
A.       Waktu dan Lokasi
Kegiatan field trip yang diadakan oleh Mahasiswa FKIP Geografi Universitas Mulawarman angkatan 2012 dilaksanakan pada minggu pertama di bulan April. Adapun rute lintasan praktek lapangan ini berada padadua titik lokasi, yaitu ;
Tanggal 02 April 2016
         Lokasi  1 : Jl. Kadrie Oening, Komp Perumahan  Kehutanan belakang  SMPIT Cordova Bukit Batu Putih (Jalan Provinsi mengarah ke Tenggarong)
         Waktu  : 07:15 WITA – 09:00 WITA
                     

Ketinggian: 50-80 m dpl
LS: 00°28’05,1”
BT: 117°07’53,5”



Lokasi  2 :  Jl. Pangeran Suryanata, Air Putih, Samarinda Ulu, Kota Samarinda.
Waktu  : 09:00 WITA – 11:00 WITA

Ketinggian: 120 mdpl
LS: 00°28’45,0”
BT: 117°4’3,7”
B.        Persiapan
Sebelum berangkat praktek lapangan, maka terlebih dahulu kami melakukan persiapan–persiapan agar  memudahkan dalam pelaksanaan praktek lapangan yang akan dilaksanakan. Adapun persiapan–persiapan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a.      Pembentukan Kelompok
Pembentukan kelompok ini dimaksudkan agar memudahkan jalannya praktek lapangan, jadi dilakukan pembagian 6 kelompok dalam dua lokasi praktikum
b.      Menyiapkan Alat dan Bahan
Setelah kelompok praktek lapangan telah terbentuk, maka langkah selanjutnya adalah menyiapkan alat dan bahan sebelum hari paraktikum berlangsung. Hal ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan praktek lapangan nantinya dapat lebih terarah dan berjalan dengan baik dan lancar.
C.         Alat dan Bahan
1.   Alat :
a.      GPS
Memungkinkan kita untuk melihat dimana posisi geografis kita (lintang, bujur, dan ketinggian di atas permukaan laut) di muka bumi. Jadi dengan teknologi GPS, kita dapat mengetahui dimana posisi kita berada.
b.      Palu
Untuk mengambil sampel batuan fosil yang melekat pada batuan yang lain.
c.       Spidol Permanent dan Papan Scenner
Untuk memudahkan dalam mencatat dan memberi kode ataupun tulisan pada tiap contoh sampel batuan sehingga mudah dibedakan. 


d.      Kamera Handphone
Untuk merekam dan mengabadikan gejala geomorfologi yang ada di lapangan sehingga menudahkan dalam membuat laporan, atau paling tidak dapat sebagai bukti tentang gejala geomorfologi yang ada di lokasi.
2.   Bahan :
a.   Kantong Sampel
Kantong plastik sampel dipakai untuk membungkus sampel batuan
b.      Buku Catatan
Tempat untuk mencatat hasil pengamatan pada lokasi praktikum



BAB IV
Hasil dan Pembahasan
A.       Hasil Pratikum
1.      Lokasi 1 ( Jl. Kadrie Oening, Komp Perumahan  Kehutanan belakang  SMPIT Cordova )
            LS: 00°28’05,1”
            BT: 117°07’53,5”
Sampel Batuan











Deskripsi Batuan

Kuarsa
Sistem Kristal  : Heksagonal
Belahan           : Tidak ada
Kekerasan       : 7
Pecahan           : Concoidal
Kilap               : Kaca
Warna              : bening atau Putih
Ganesa            : banyak terdapat di batuan beku dan batuan metamorfosa dan terutama dalam pegmatitgranit, dan paling umum dalam mineral  gang  dari urat-urat logam hitrotermal, juga ditemukan dalam batu pasir kuarsa.

            Lokasi Pengamatan pertama berada di formasi Balikpapan. Pada lokasi pertama ini terdapat mineral kuarsa.
Pada lokasi ini terdapat perselisihan batu pasir dan lempung dengan sisipan lanau, disisipi batu bara. Batupasir gampingan, coklat, berstruktur sedimen lapisan bersusun dan silang dengan ketebalan lapisan 20-40 cm, mengandung foram kecil, disisipi lapisan karbon. Lempung kelabu kehitaman, mengandung lensa-lensa batupasir gampingan.
Lensa gamping berlapis tipis, serpih kecoklatan, berlapis tipis. Batugamping pasiran mengandung foraminifera besar, moluska. Menunjukkan pada lokasi ini  berumur Miosen akhir bagian Bawah –Miosen Tengah bagian atas yang berumur sekitar. 17-20 juta tahun yang lalu.
Pada lokasi ini terdapat struktur geologi berupa lipatan antiklnorium dan sesar, lipatan pada umumnya berarah timur laut-barat daya. Formasi Pamaluan dan Balikpapan sebagian terlipat kuat dengan kemiringan antara 40-750. Pada formasi geologi daerah terdapat tiga jenis sesar, yakbo sesar naik, sesar normal dan sesar geser. Sesar naik terjadi terjadi pada saat Miosen akhir  yang kemudia terpotong oleh sesar geser yang kemudian terjadi sesar normal pada kala Pliosen.
Pada lokasi ini ketinggian tempat 50-100 mdl, dari sudut pandang geomorfologi yang ada dilokasi pengamatan menunjukkan bentang lahan  asal struktura, yang merupakan bentuk lahan yang terjadi akibat pengaruh structural geologis.

2.      Lokasi 2 ( Jl. Pangeran Suryanata, Air Putih, Samarinda Ulu, Kota Samarinda).
LS: 00°28’45,0”
BT: 117°4’3,7”
Sampel Batuan










Deskripsi  Batuan
Kalsit (CaCO3)
Sistem Kristal  : Heksagonal
Belahan           : Sempurna
Kekerasan       : 3
Pecahan           : Concoidal
Kilap               : Kaca
Warna              : bening atau Putih
Ganesa              : sebagian besar terdapat di laut, sebagai nodul dalam batuan sedimen
Sampel Batuan







Deskripsi Batuan
Dolomit      CaMg(CO3)2
Sistem Kristal  : Heksagonal
Belahan           : Sempurna
Kekerasan       : 3.5-4
Pecahan           : Unevon
Kilap               : Kaca
Warna              : bening atau Putih sampai krem
Ganesa              : terjadi sebagai lapisan batu gamping magnesium

            Pada lokasi ini terdapat mineral Kalsit dan Dolomit dan juga berada pada formasi Bebuluh.
Pada lokasi ini merupakan singkapan batuan paling tua yang ada di Samarinda. Bukit batu putih terjadi karena adanya proses tektonik dan mengakibatkan sesar naik yang arah sesarnya mengarah ke tenggara. Sesar naik ini menyebabkan batuan yang umurnya lebih tua mengalami pengangkatan ke atas sehingga dapat terlihat pada bagian atas bukit batu putih merupakan batuan yang umurnya lebih tua dibandingkan batuan yang ada di bawahnya.
Di lokasi kita juga dapat melihat lipatan batuan yang membentuk antiklin karena proses deformasi, pelapukan, dll. Di lokasi kita mendapati batu gamping dan fosil karang yang menandakan bahwa dulunya lokasi di bukit batu putih merupakan lingkungan pantai (laut dangkal) kedalamanya sekitar 0-50 meter yang merupakan zona neritik pada 22,5 juta tahun yang lalu yaitu kala miosen.
Lokasi bukit batu putih termasuk dalam formasi bebuluh yaitu batu gamping terumbu dengan sisipan batu gamping pasiran dan serpih, warna kelabu, padat mengandung foram besar, berbutir sedang. Setempat batugamping menghablur, terkekar tak beraturan. Serpih, kelabu kecoklatan berselingan dengan batu pasir halus kelabu tua kehitaman. Foraminifera besar yang dijumpai antara lain LepidocyclinaSumatraensisBrady, Myogipsina sp., Operculina sp., menunjukkan umur Miosen Awal - Miosen Tengah. Lingkungan pengendapan laut dangkal dengan ketebalan sekitar 300 m. Formasi Bebuluh tertindih selaras oleh Formasi Pulau Balang. Batuan ini tergolong batuan sedimen klastis , atau tidak mengenal butir. Batuan ini tergolong batuan sedimen klastis , atau tidak mengenal butir.




BAB V
PENUTUP
A.       Kesimpulan
Lokasi Pengamatan pertama berada di formasi Balikpapan. Pada lokasi pertama ini terdapat mineral kuarsa. Pada lokasi ini terdapat perselisihan batu pasir dan lempung dengan sisipan lanau, disisipi batu bara. Batupasir gampingan, coklat, berstruktur sedimen lapisan bersusun dan silang dengan ketebalan lapisan 20-40 cm, mengandung foram kecil, disisipi lapisan karbon. Lempung kelabu kehitaman, mengandung lensa-lensa batupasir gampingan.
Lokasi tempat dilaksanakannya praktikum ada di bukit batu putih, jl. Suryanata, Kec. Bukit Pinang Samarinda Ulu dimana bokasi bukit batu putih ini termasuk dalam formasi bebuluh yaitu batu gamping terumbu dengan sisipan batu gamping pasiran dan serpih, warna kelabu, padat mengandung foram besar, berbutir sedang. Sesar naik pada bukit batu putih ini mengarah ke Tenggara. Dilokasi ini ditemukan batu gamping (lime stone) dengan sisipan batu pasir dan juga mineral kalsit serta dolomit.

B.        Saran
1.      Diharapkan para mahasiswa mampu memahami gejala-gejala atau fenomena geomorfologi, geologi dan mineralogi yang ditemukan pada saat praktikum.
2.      Diharapkan pada pelaksanaan kegiatan praktikum yang bersifat out door ini, dapat lebih ditingkatkan lagi mengingat kegiatan praktikum di lapangan berlangsung lebih aplikatif.




Daftar Pustaka

Graha, Setia, Doddy (1987). Batuan dan Mineral. Bandung: Nova
http://tluye.blogspot.co.id/2014/10/kalsit-kuarsa-dan-pirit.html