BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Mineral adalah suatu bahan alam yang mempunyai
sifat-sifat fisik kimia tetap dapat berubah unsur tunggal atau persenyawaan
kimia yang tetap, pada umumnya anorganik, homogen, dapat berupa padat, cair dan
gas.
Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu
geologi yang mempelajari mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun
dalam bentuk kesatuan, antara lain mempelajari tentang sifat-sifat fisik,
sifat-sifat kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya dan kegunaanya.
Mineralogi dibagi menjadi 2 bagian :
1. Mineralogi
fisik adalah yang mempelajari tentang sifat-sifat dari suatu mineral
2. Mineralogi
kimiawi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat kimia dari suatu
mineral
Dewasa ini, ilmu pengetahuan yang kita miliki tidak hanya
tertuju pada penguasaan konsep-konsep dan materi, tetapi juga dibutuhkan
pemahaman dan penghayatan secara mendalam terhadap hubungan antara ilmu
pengetahuan tersebut dengan kenyataan yang ada di lapangan. Maka dari itu,
salah satu hal yang perlu dilaksanakan adalah adanya sistem pembelajaran
langsung di lapangan salah satunya diwujudkan dengan menyelenggarakan field trip lapangan bagi mahasiswa.
Dengan adanya field
trip lapangan diharapkan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh mahasiswa
tidak terbatas pada teori-teorinya saja, tetapi juga penguasaan terhadap
kondisi riil di lapangan. Begitu pun
dengan Mata Kuliah Mineralogi, mahasiswa pun diharapkan memiliki pengetahuan
mengenai kondisi geomorfologi suatu wilayah dan sifat fisik mineral, baik itu
ditinjau dari sudut pandang bentuk morfologinya, bentuk tenaga geologi yang
mempengaruhi bentuk morfologi serta berbagai aspek lain.
Praktek lapangan ini dimaksudkan untuk menyesuaikan antara
teori yang diterima dengan objek lapangan. Karena kita tahu bahwa kajian
mineralogi belum cukup lengkap jika sebatas teori saja, sehingga praktek
lapangan sangatlah penting untuk dilaksanakan karena dapat membantu memperdalam
ilmu yang diterima khususnya pada mata kuliah Mineralogi
B.
Tujuan
Adapun tujuan dilaksanakannya
praktek lapangan ini antara lain :
a. Melatih
mahasiswa mengobservasi, mengumpulkan dan mengidentifikasi sifat fisik mineral
b. Melatih
mahasiswa mengumpulkan, mengelola dan menginterpretasi data yang dikumpulkan
melalui observasi sifat fisik mineral guna menyusun laporan ataupun karya
ilmiah mineralogi
c. Dilatih
menjadikan lapangan sebagai salah satu media pembelajaran.
d. Membentuk
sikap dan perilaku cinta lingkungan kepada para mahasiswa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Mineralogi
Mineralogi adalah suatu cabang ilmu
geologi yang mempelajari tentang mineral, baik dalam bentuk individu maupun
dalam bentuk kesatuan, diantaranya mempelajari tentang sifat - sifat fisik,
cara terjadinya, cara terbentuknya, sifat - sifat kimia, dan juga kegunaannya.
Mineralogi terdiri dari kata mineral dan logos. Logos yang
berarti ilmu apabila digabungkan dengan mineral maka arti Mineralogi adalah
Ilmu tentang Mineral.
Mineral adalah suatu zat padat yang
terdiri dari unsur atau persenyawaan kimia yang dibentuk secara alamiah oleh
proses-proses anorganik, mempunyai sifat-sifat kimia dan fisika tertentu dan
mempunyai penempatan atom-atom secara beraturan di dalamnya, atau dikenal
sebagai struktur kristal. Selain itu kata mineral juga mempunyai banyak
arti, hal ini tergantung darimana kita meninjaunya. Mineral dalam arti farmasi
lain dengan pengertian di bidang geologi. Istilah mineral dalam arti geologi
adalah zat atau benda yang terbentuk oleh proses alam, biasanya bersifat padat
serta tersusun dari komposisi kimia tertentu dan mempunyai sifat-sifat fisik
yang tertentu pula. Mineral terbentuk dari atom-atom serta molekul-molekul dari
berbagai unsur kimia, dimana atom-atom tersebut tersusun dalam suatu pola yang
teratur. Keteraturan dari rangkaian atom ini akan menjadikan mineral mempunyai
sifat dalam yang teratur. Mineral pada umumnya merupakan zat anorganik. (
Murwanto, Helmy, dkk. 1992 )
Maka pengertian yang jelas dari
batas mineral oleh beberapa ahli geologi perlu diketahui walaupun dari
kenyataannya tidak ada satupun persesuaian umum untuk definisinya.
Definisi
mineral menurut beberapa ahli :
L.G.Berry dan B.Mason, 1959
Mineral adalah suatu benda padat
homogen yang terdapat di alam terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi
kimia pada batas batas tertentu dan mempunyai atom atom yang tersusun secara
teratur.
D.G.A Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972
D.G.A Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972
Mineral adalah suatu bahan padat
yang secara structural homogen mempunyai komposisi kimia tertentu, dibentuk
oleh proses alam yang anorganik.
A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977
A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977
Mineral adalah suatu bahan atau zat
yang homogen mempunyai komposisi kimia tertentu atau dalam batas batas dan
mempunyai sifat sifat tetap, dibentuk dialam dan bukan hasil suatu kehidupan.
UU Republika Indonesia Nomor 4 Tahun
2009
Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam,
yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu, serta susunan kristal teratur
atau gabungannya yang membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas ataupun dalam
bentuk yang padu.
B.
Sifat - Sifat Fisik Mineral
1.
Warna
Warna
adalah suatu yang kita tangkap dengan mata apabila mineral terkena oleh cahaya
atau spektrum cahaya yang dipantulkan oleh mineral itu sendiri. Warna penting
untuk membedakan antara warna mineral yang diakibatkan oleh pengotoran dan
warna asli dari mineral itu sendiri. Banyak mineral mempunyai warna yang
khusus, misalnya mineral azurit yang berwarna biru dan mineral epidon yang
berwarna kuning hijau, dll.
Warna mineral dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
a.
Warna Isiokhromatik
Apabila
mineral mempunyai warna yang selalu tetap, pada umumnya dijumpai
pada mineral - mineral, yang tidak tembus cahaya (opaque) atau berkilap
logam. Contoh : Magnetit, Galena, Pirit, Pirolusit, dll.
b.
Warna Allokhromatik
Apabila
mineral warnanya tidak tetap tergantung terhadap mineral pengotornya, pada
umumnya yang dijumpai pada mineral yang tembus cahaya (transparan/translucent)
atau berkilap non logam. Contoh : Kuarsa, Gipsum, Kalsit, dll.
2.
Kilap
(Luster)
Kilap
ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan sebuah mineral yang
erat hubungannya itu dengan sifat pemantulan dan pembiasan. Intensitas kilap
tergantung dari indeks bias dari mineral, apabila semakin besar indeks bias
mineral, semakin besar pula jumlah cahaya yang dipantulkan . Nilai ekonomik
mineral kadang - kadang ditentukan oleh kilapnya. Macam - macam kilap antara
lain :
1. Kilap Logam (Metallic Luster)
Mineral -
mineral opaque yang mempunyai indeks bias sama dengan tiga atau lebih. Contoh : Galena, Native
Metal, Sulfit, Pirit, dll.
2. Kilap Kaca (Vitreous
Luster)
Bila terkena cahaya, mineral memberikan kesan seperti kaca.
Contoh : Kuarsa, Kalsit, dll
3. Kilap Intan (Diamond Luster)
Bila
terkena cahaya, mineral memberikan kesan cemerlang seperti intan. Contoh :
Intan
4. Kilap Sutera (Silky Luster)
Bila
terkena cahaya, mineral memberikan kesan sutera dan umumnya terdepat
pada mineral yang berserat. Contoh : Asbes, Aktinolit, Gipsum, dll
5. Kilap Damar (Resinous Luster)
Bila
terkena cahaya, mineral memberikan kesan seperti getah damar atau kekuning -
kuningan. Contoh : Spalerit, Sulfonit, dll
6. Kilap Mutiara (Pearly Luster)
Bila
terkena cahaya, mineral memberikan kesan seperti mutiara atau bagian dalam dari
kulit kerang. Contoh : Muskovit, Talk, Dolomit, dll
7. Kilap Lemak (Greasy Luster)
Bila
terkena cahaya, mineral memberikan kesan seperti sabun. Contoh : Serpentinit,
dll
8. Kilap Tanah (Earthy Luster)
Bila
terkena cahaya, mineral memberikan kesan seperti lempung. Contoh : Kaolin,
Limonit, Pauksit, dll
3. Cerat/Warna
Cerat
atau warna goresan merupakan bagian dari warna di dalam mineral, tetapi dalam
bentuk serbuk, dapat diperloeh dengan cara mengikir atau digesekkan di bagian
belakang porselen atau ampelas.
4. Pecahan
Pecahan
adalah kenampakan mineral dalam keadaan pecah, cara mengetahuinya dengan
melalui bidang yang tidak rata, tidak halus, tidak licin, dan tidak teratur.
jenis - jenis pecahan yaitu :
a. Pecahan Konkoidal
Memperlihatkan
gelombang seperti kenampakan bagian luar kulit kerang atau botol yang dipecah.
Contoh : Kuarsa, Kalsedon, dll
b. Pecahan Serat
Menunjukkan
kenampakan permukaan yang gejala seperti serat atau daging. Contoh :
Serpentinit, Asbes, Augit, dll
c. Pecahan Tidak Rata
Menunjukkan
kenampakan permukaan yang tidak teratur dan kasar.
d. Pecahan Runcing
Permukaannya tidak teratur dan ujung - ujungnya runcing dan
kasar.
e. Pecahan Rata
Permukaannya
rata dan cukup halus. Contoh : Lempung, dll
5. Belahan
Belahan
adalah kenampakan minearl untuk membelah melalui bidang yang rata, halus, dan
licin, serta pada umumnya selalu berpasangan. Belahan dapat dibedakan menjadi :
1. Belahan Sempurna (Perfect
Cleavage)
Merupakan pecahan yang sejajar terhadap bidang dari satu belahannya
dengan memperlihatkan bidang permukaan yang halus. Contoh : Biotit,
Muskovit, dll
2. Belahan Baik (Good Cleavage)
Merupakan mineral lebih mudah belah yang menurut bidang di dalam
belahannya bila dibandingkan dengan belahannya kearah lain. Contoh :
Kalsit, Orthoklas, Gipsum, dll
3. Belahan Tidak Jelas (Indistinct
Cleavage)
Merupakan bidang belahan seperti garis atau kenampakan striasi pada
bidang belahannya. Contoh : Plagioklas, dll
4. Belahan Tidak Tentu
Merupakan mineral yang tidak ada belahannya. Contoh : Kuarsa, Opal,
Kalsedon, dll
5. Belahan Jelas (Distinct)
Merupakan pecahan yang sesuai terhadap bidang dari suatu belahan tetapi
juga terpecah kearah lain. Contoh : Hornblende
6. Belahan Tidak Sempurna (Inperfect
Cleavage)
Merupakan bidang belahan yang tidak rata dan juga cukup sukar untuk
diamati. Contoh : Apatit, Native Metal, dll
Ditinjau dari arah belahannya, maka
belahan dapat dibedakan menjadi :
1. Belahan satu arah
2. Belahan dua arah
3. Belahan tiga arah
4. Belahan empat arah
6. Bentuk
Bentuk
mineral ada dua macam, yaitu :
1. Bentuk Kristalin
Apabila mineral
mempunyai bidang yang ideal dan baisanya terdapat pada mineral yang mempunyai
bidang belahan.
2. Bentuk Amorf
Mineral tidak
mempunyai batasan yang jelas.
7.
Kekerasan
Kekerasan
adalah ukuran daya tahan suatu mineral apabila permukaannya digores dengan
mineral lain. Contoh : Mineral X digores dengan menggunakan Mineral Z ternyata
pada permukaan mineral X tergores, maka Mineral Z lebih keras dari mineral X.
Berikut tabel Skala Kekerasan mineral yang dibuat oleh Mohs.
Selain
menggunakan mineral, bisa juga menggunakan alat untuk mengukur suatu kekerasan
dari mineral.
Kuku Jari = 2,5
Jarum = 3,0
Uang Logam = 3,5
Paku Besi = 4,5
Pisau Baja = 5,5
Kaca = 5,5 - 6,0
Kikir Baja = 6,0 - 7,0
Ampelas = 8,0 - 9,0
8.
Kemagnetan
Kemagnetan
adalah sifat mineral pada gaya tarik magnet. kemagnetan dibagi menjadi tiga,
yaitu:
1. Ferromagnetik : tertarik kuat
oleh magnet seperti magnetit dan pirotit.
2. paramagnetik : tertarik lemah
oleh magnet seperti pirit.
3. Diamagnetik : tidak tertarik oleh
magnet.
9. Sifat Dalam
Sifat
dalam adalah reaksi mineral terhadap gaya seperti memberi penekanan,
pemotongan, pembengkokan, pematahan, atau penghancuran. Sifat dalam dibedakan
menjadi enam, yaitu:
1. Rapuh (Brittle)
Bila digores menjadi
tepung, tetapi isinya atau bubuknya tidak pergi ke segala arah dan mudah untuk
dihancurkan.
2. Dapat Diiris (Sectile)
Dapat diiris dengan
pisau dan juga pada kenampakannya memberikan kehalusan.
3. Dapat Dipintal (Ductile)
Dapat dibentuk
layaknya kapas.
4. Lentur (Elastic)
Bila dibengkokkan
dapat kembali keseperti semula.
5. Fleksible
Bila dibengkokkan
tidak dapat kembali lagi keseperti semula.
6. Dapat Ditempa
Bila mineral dipukul,
dapat menjadi lebih tipis atau melebur.
10.
Kelistrikan
(Electricity)
Kelistrikan
merupakan sifat dalam mineral yang berhubungan dengan arus atau aliran listrik.
Sifat listrik mineral dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.
Konduktor, yaitu mineral yang mampu menghantarkan listrik.
2. Non-Konduktor
atau Isolator, yaitu suatu mineral tidak dapat menghantarkan arus listrik.
Sifat Kimia Mineral
Berdasarkan sifat - sifat kimia
mineral digolongkan menjadi delapan, yaitu:
1.
Golongan Native Element
Golongan ini dicirikan
dengan hanya memiliki satu unsur kimia. Dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Golongan Logam.
Contoh : Au, Cu, Pt, Fe, dll
b. Golongan Semi
Logam. Contoh : As, B, dll
c. Golongan Non Logam.
Contoh : O2
2.
Golongan Sulfida
Golongan ini dicirikan
dengan adanya gugus anion, yaitu merupakan persenyawaan kimia, unsur dari sulfur
bergabung pada unsur logam dan semi logam. Sulfida dilapisi oleh hidrotermal
sehingga mudah untuk dioksidasi oleh sulfat. Contoh : Pirit (FeS2), Galena
(PbS), dll
3.
Golongan Oksida dan Hidroksida
Dicirikan oleh satu
gugus anion. Berdasarkan perbandingan antara logam dengan oksigen, maka
golongan oksida dapat digolongkan menjadi oksida sederhana dan juga kompleks.
Contoh : Kuarsa (SiO2 ) untuk oksida dan Mangan (MnO(OH)) untuk
hidroksida. Golongan oksida tersusun oleh unsur - unsur yang bersenyawa dengan
oksigen,. Unsur digolongan ini amat banyak dan biasanya logam berkombinasi
dengan gas yang salah satunya adalah oksigen . Sifat golongan oksida berubah -
ubah dan terbentuk pada lingkungan geologi dan tipe - tipe batuan yang banyak
jenisnya.
4.
Golongan Halida
Adalah persenyawaan
kimiawi dimana unsur - unsur logam bersenyawa dengan unsur - unsur yang
halogen. Dalam golongan ini dicirikan adanya dominasi dari ion-ion halogen
elektromagnetik. Pada umumnya memiliki berat jenis yang rendah. Contoh Halit
(NaCl).
5.
Golongan Karbonat, Nitrat, dan Borates
Karbonat adalah
persenyawaan kimia dimana satu atau lebih unsur - unsur logam atau semi logam
bersenyawa dengan karbonat yang umum, terbentuk ketika kalsium bersenyawa
dengan karbonat radikal. Golongan ini dicirikan oleh adanya suatu gugus anion
yang kompleks, hadirnya tidak stabil, rekasinya disebut fizz test. Contoh
mineral karbonat antara lain adalah Kalsit (CaCO3), Dolomit (CaMg(CO3)2),
aragonit (CaCO3), dll
Nitrat adalah
persenyawaan kimia dimana salah satu atau lebih unsur - unsur logam atau semi
logam bersenyawa dengan nitrat radikal. Sifat dari golongan ini adalah mudah
larut di dalam air, bila diletakkan dalam nyala api akan melebur. Contohnya
adalah soda nitrat (NaNO3)
Borates adalah
persenyawaan kimia antara unsur logam persenyawaan dengan borates radikal.
6.
Golongan Sulfat
Sulfat adalah
persenyawaan kimia yang dimana satu atau lebih unsur logam bersenyawa dengan
sulfat radikal. golongan ini dicirikan dengan adanya gugus anioin S04,
terbentuk dari larutan. Contohnya adalah Barit (BaSO4), Anhidrit (CaSO4), dll
7. Golongan Fosfat
Fosfat adalah golongan
persenyawaan kimia dimana salah satu logam bersenyawa dengan fosfat yang
radikal. Golongan ini dicirikan oleh adanya gugus anioin PO4 dan pada umumnya
berkilap kaca atau lemak serta cenderung lunak, rapuh, struktur kristal bagus,
serta berwarna. Contoh Vivianit (Fe3(PO4)3), dll
8.
Golongan Silika
Silika adalah
persenyawaan kimia dimana antara salah satu logam dengan salah satu dari SiO
memiliki tetrahedralis solo atau berantai. Silika merupakan suatu golongan
mineral yang paling besar dan sangat berlimpah keadaannya. Silika juga
merupakan unsur pokok batuan beku dan metamorf. Contoh : ortoklas (KAlSi3O8)
11. Sistem Kristal
Sistem kristal dapat dibagi ke dalam 7 sistem kristal. Adapun ke tujuh
sistem kristal tersebut adalah Kubus, tetragonal, ortorombik, heksagonal,
trigonal, monoklin, dan triklin.
1.
Sistem kristal kubus
Sistem kristal kubus memiliki panjang rusuk yang sama ( a = b = c)
serta memiliki sudut (α = β = γ) sebesar 90°. Sistem kristal kubus ini
dapat dibagi ke dalam 3 bentuk yaitu kubus sederhana (simple cubic/
SC), kubus berpusat badan (body-centered cubic/ BCC) dan kubus
berpusat muka (Face-centered Cubic/ FCC).
Berikut bentuk dari ketiga jenis kubus tersebut:
Kubus sederhana, Pada bentuk kubus sederhana, masing-masing terdapat satu atom pada semua sudut (pojok) kubus. Pada kubus BCC, masing-masing terdapat satu atom pada semua pojok kubus, dan terdapat satu atom pada pusat kubus (yang ditunjukkan dengan atom warna biru). Pada kubus FCC, selain terdapat masing-masing satu atom pada semua pojok kubus, juga terdapat atom pada diagonal dari masing-masing sisi kubus (yang ditunjukkan dengan atom warna merah).
Kubus sederhana, Pada bentuk kubus sederhana, masing-masing terdapat satu atom pada semua sudut (pojok) kubus. Pada kubus BCC, masing-masing terdapat satu atom pada semua pojok kubus, dan terdapat satu atom pada pusat kubus (yang ditunjukkan dengan atom warna biru). Pada kubus FCC, selain terdapat masing-masing satu atom pada semua pojok kubus, juga terdapat atom pada diagonal dari masing-masing sisi kubus (yang ditunjukkan dengan atom warna merah).
2. Sistem
Kristal tetragonal
Pada sistem kristal tetragonal, dua rusuknya yang memiliki panjang sama (a
= b ≠ c) dan semua sudut (α = β = γ) sebesar 90°. Pada sistem
kristal tetragonal ini hanya memiliki dua bentuk yaitu sederhana dan berpusat
badan.
Pada bentuk tetragonal sederhana, mirip dengan kubus sederhana, dimana
masing-masing terdapat satu atom pada semua sudut (pojok) tetragonalnya.
Sedangkan pada tetragonal berpusat badan, mirip pula dengan kubus
berpusat badan, yaitu memiliki 1 atom pada pusat tetragonal (ditunjukkan pada
atom warna biru), dan atom lainnya berada pada pojok (sudut) tetragonal
tersebut.
3.
Sistem kristal Ortorombik
Sistem kristal ortorombik terdiri atas 4 bentuk, yaitu : ortorombik
sederhana, body center (berpusat badan) (yang ditunjukkan atom dengan warna
merah), berpusat muka (yang ditunjukkan atom dengan warna biru), dan berpusat
muka pada dua sisi ortorombik (yang ditunjukkan atom dengan warna hijau).
Panjang rusuk dari sistem kristal ortorombik ini berbeda-beda (a ≠ b≠ c),
dan memiliki sudut yang sama (α = β = γ) yaitu sebesar 90°.
4.
Sistem kristal monoklin
Sistem kristal monoklin terdiri atas 2 bentuk, yaitu : monoklin sederhana
dan berpusat muka pada dua sisi monoklin (yang ditunjukkan atom dengan warna
hijau). Sistem kristal monoklin ini memiliki panjang rusuk yang berbeda-beda (a
≠ b≠ c), serta sudut α = γ = 90° dan β ≠ 90°.
5.
Sistem kristal triklin
Pada sistem kristal triklin, hanya terdapat satu orientasi. Sistem
kristal ini memiliki panjang rusuk yang berbeda (a ≠ b ≠ c), serta
memiliki besar sudut yang berbeda-beda pula yaitu α ≠ β ≠ γ ≠ 90°.
6.
Sistem kristal rombohedral atau trigonal
Pada sistem kristal ini, panjang rusuk memiliki ukuran yang sama (a =
b ≠ c). sedangkan sudut-sudutnya adalah α = β = 90°dan γ
=120°.
7.
Sistem kristal heksagonal
Pada system kristal ini, sesuai dengan namanya heksagonal (heksa = enam),
maka system ini memiliki 6 sisi yang sama. System kristal ini memiliki dua
nilai sudut yaitu 90° dan 120° (α = β = 90°dan γ =120°) ,
sedangkan pajang rusuk-rusuknya adalah a = b ≠ c. semua atom berada
pada sudut-sudut (pojok) heksagonal dan terdapat masing-masing atom berpusat
muka pada dua sisi heksagonal (yang ditunjukkan atom dengan warna hijau).
Secara
keseluruhan, dapat dilihat pada tabel berikut :
No.
|
Sistem Kristal
|
Kisi Bravais
|
Panjang rusuk
|
Besar sudut-sudut
|
1.
|
Kubus
|
|
a = b = c
|
α = β = γ = 90°
|
2.
|
Tetragonal
|
|
a = b ≠ c
|
α = β = γ = 90°
|
3.
|
Ortorombik
|
|
a ≠ b ≠ c
|
α = β = γ = 90°
|
4.
|
Monoklin
|
|
a ≠ b ≠ c
|
α = γ = 90°,β ≠ 90°
|
5.
|
Triklin
|
|
a ≠ b ≠ c
|
α ≠ β ≠ γ ≠ 90°
|
6.
|
Rombohedral atau trigonal
|
|
a = b ≠ c
|
α = β = 90°,γ = 120°
|
7.
|
Heksagonal
|
|
a = b ≠ c
|
α = β = 90°,γ = 120°
|
Total = 7 Sistem Kristal
|
Total = 14 Kisi Bravais
|
BAB
III
Metode
Penelitian
A.
Waktu
dan Lokasi
Kegiatan field trip yang diadakan oleh Mahasiswa
FKIP Geografi Universitas Mulawarman angkatan 2012 dilaksanakan pada minggu
pertama di bulan April. Adapun rute lintasan praktek lapangan ini berada padadua
titik lokasi, yaitu ;
Tanggal 02 April 2016
Lokasi 1 : Jl.
Kadrie Oening, Komp Perumahan Kehutanan
belakang SMPIT Cordova Bukit
Batu Putih (Jalan Provinsi mengarah ke Tenggarong)
Waktu : 07:15 WITA – 09:00 WITA
Ketinggian:
50-80 m dpl
LS:
00°28’05,1”
BT:
117°07’53,5”
Lokasi 2 : Jl. Pangeran Suryanata, Air Putih, Samarinda
Ulu, Kota Samarinda.
Waktu : 09:00 WITA – 11:00 WITA
Ketinggian:
120 mdpl
LS: 00°28’45,0”
BT: 117°4’3,7”
B.
Persiapan
Sebelum berangkat praktek lapangan, maka
terlebih dahulu kami melakukan persiapan–persiapan agar memudahkan dalam
pelaksanaan praktek lapangan yang akan dilaksanakan. Adapun persiapan–persiapan
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a.
Pembentukan
Kelompok
Pembentukan kelompok ini dimaksudkan
agar memudahkan jalannya praktek lapangan, jadi dilakukan pembagian 6 kelompok
dalam dua lokasi praktikum
b.
Menyiapkan
Alat dan Bahan
Setelah
kelompok praktek lapangan telah terbentuk, maka langkah selanjutnya adalah menyiapkan
alat dan bahan sebelum hari paraktikum berlangsung. Hal ini dimaksudkan agar
dalam pelaksanaan praktek lapangan nantinya dapat lebih terarah dan berjalan
dengan baik dan lancar.
C.
Alat dan Bahan
1.
Alat
:
a.
GPS
Memungkinkan kita untuk
melihat dimana posisi geografis kita (lintang, bujur, dan ketinggian di atas
permukaan laut) di muka bumi. Jadi dengan teknologi GPS, kita dapat mengetahui
dimana posisi kita berada.
b.
Palu
Untuk mengambil sampel
batuan fosil yang melekat pada batuan yang lain.
c.
Spidol
Permanent dan Papan Scenner
Untuk memudahkan dalam
mencatat dan memberi kode ataupun tulisan pada tiap contoh sampel batuan
sehingga mudah dibedakan.
d.
Kamera
Handphone
Untuk merekam dan
mengabadikan gejala geomorfologi yang ada di lapangan sehingga menudahkan dalam
membuat laporan, atau paling tidak dapat sebagai bukti tentang gejala
geomorfologi yang ada di lokasi.
2.
Bahan
:
a. Kantong Sampel
Kantong
plastik sampel dipakai untuk membungkus sampel batuan
b. Buku Catatan
Tempat untuk
mencatat hasil pengamatan pada lokasi praktikum
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
A.
Hasil
Pratikum
1. Lokasi
1 ( Jl. Kadrie Oening, Komp Perumahan
Kehutanan belakang SMPIT Cordova
)
LS: 00°28’05,1”
BT: 117°07’53,5”
Sampel Batuan
Deskripsi Batuan
Kuarsa
Sistem
Kristal : Heksagonal
Belahan : Tidak ada
Kekerasan : 7
Pecahan : Concoidal
Kilap : Kaca
Warna : bening atau Putih
Ganesa : banyak terdapat di batuan beku dan
batuan metamorfosa dan terutama dalam pegmatitgranit, dan paling umum dalam
mineral gang dari urat-urat logam hitrotermal, juga
ditemukan dalam batu pasir kuarsa.
Lokasi
Pengamatan pertama berada di formasi Balikpapan. Pada lokasi pertama ini
terdapat mineral kuarsa.
Pada lokasi ini terdapat
perselisihan batu pasir dan lempung dengan sisipan lanau, disisipi batu bara.
Batupasir gampingan, coklat, berstruktur sedimen lapisan bersusun dan silang
dengan ketebalan lapisan 20-40 cm, mengandung foram kecil, disisipi lapisan
karbon. Lempung kelabu kehitaman, mengandung lensa-lensa batupasir gampingan.
Lensa gamping berlapis tipis,
serpih kecoklatan, berlapis tipis. Batugamping pasiran mengandung foraminifera
besar, moluska. Menunjukkan pada lokasi ini
berumur Miosen akhir bagian Bawah –Miosen Tengah bagian atas yang
berumur sekitar. 17-20 juta tahun yang lalu.
Pada lokasi ini terdapat struktur
geologi berupa lipatan antiklnorium dan sesar, lipatan pada umumnya berarah
timur laut-barat daya. Formasi Pamaluan dan Balikpapan sebagian terlipat kuat
dengan kemiringan antara 40-750. Pada formasi geologi daerah terdapat
tiga jenis sesar, yakbo sesar naik, sesar normal dan sesar geser. Sesar naik
terjadi terjadi pada saat Miosen akhir
yang kemudia terpotong oleh sesar geser yang kemudian terjadi sesar
normal pada kala Pliosen.
Pada lokasi ini ketinggian tempat
50-100 mdl, dari sudut pandang geomorfologi yang ada dilokasi pengamatan
menunjukkan bentang lahan asal
struktura, yang merupakan bentuk lahan yang terjadi akibat pengaruh structural
geologis.
2. Lokasi
2 ( Jl. Pangeran Suryanata, Air Putih, Samarinda Ulu, Kota Samarinda).
LS: 00°28’45,0”
BT: 117°4’3,7”
Sampel Batuan
Deskripsi Batuan
Kalsit (CaCO3)
Sistem
Kristal : Heksagonal
Belahan : Sempurna
Kekerasan : 3
Pecahan : Concoidal
Kilap : Kaca
Warna : bening atau Putih
Ganesa : sebagian besar terdapat di laut,
sebagai nodul dalam batuan sedimen
Sampel Batuan
Deskripsi Batuan
Dolomit CaMg(CO3)2
Sistem
Kristal : Heksagonal
Belahan : Sempurna
Kekerasan : 3.5-4
Pecahan : Unevon
Kilap : Kaca
Warna : bening atau Putih sampai krem
Ganesa : terjadi sebagai lapisan batu
gamping magnesium
Pada lokasi ini terdapat mineral
Kalsit dan Dolomit dan juga berada pada formasi Bebuluh.
Pada lokasi ini
merupakan singkapan batuan paling tua yang ada di Samarinda. Bukit batu putih
terjadi karena adanya proses tektonik dan mengakibatkan sesar naik yang arah
sesarnya mengarah ke tenggara. Sesar naik ini menyebabkan batuan yang umurnya
lebih tua mengalami pengangkatan ke atas sehingga dapat terlihat pada bagian
atas bukit batu putih merupakan batuan yang umurnya lebih tua dibandingkan
batuan yang ada di bawahnya.
Di lokasi kita juga
dapat melihat lipatan batuan yang membentuk antiklin karena proses deformasi,
pelapukan, dll. Di lokasi kita mendapati batu gamping dan fosil karang yang
menandakan bahwa dulunya lokasi di bukit batu putih merupakan lingkungan pantai
(laut dangkal) kedalamanya sekitar 0-50 meter yang merupakan zona neritik pada
22,5 juta tahun yang lalu yaitu kala miosen.
Lokasi bukit batu
putih termasuk dalam formasi bebuluh yaitu batu gamping terumbu dengan sisipan
batu gamping pasiran dan serpih, warna kelabu, padat mengandung foram besar,
berbutir sedang. Setempat batugamping menghablur, terkekar tak beraturan.
Serpih, kelabu kecoklatan berselingan dengan batu pasir halus kelabu tua kehitaman.
Foraminifera besar yang dijumpai antara lain LepidocyclinaSumatraensisBrady, Myogipsina
sp., Operculina sp., menunjukkan umur
Miosen Awal - Miosen Tengah. Lingkungan pengendapan laut dangkal dengan
ketebalan sekitar 300 m. Formasi Bebuluh tertindih selaras oleh Formasi Pulau
Balang. Batuan ini tergolong batuan sedimen klastis ,
atau tidak mengenal butir. Batuan ini tergolong batuan sedimen klastis , atau
tidak mengenal butir.
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lokasi Pengamatan
pertama berada di formasi Balikpapan. Pada lokasi pertama ini terdapat mineral
kuarsa. Pada lokasi ini terdapat perselisihan batu pasir dan lempung dengan
sisipan lanau, disisipi batu bara. Batupasir gampingan, coklat, berstruktur
sedimen lapisan bersusun dan silang dengan ketebalan lapisan 20-40 cm,
mengandung foram kecil, disisipi lapisan karbon. Lempung kelabu kehitaman,
mengandung lensa-lensa batupasir gampingan.
Lokasi tempat
dilaksanakannya praktikum ada di bukit batu putih, jl. Suryanata, Kec. Bukit
Pinang Samarinda Ulu dimana bokasi
bukit batu putih ini termasuk dalam formasi bebuluh yaitu batu gamping terumbu
dengan sisipan batu gamping pasiran dan serpih, warna kelabu, padat mengandung
foram besar, berbutir sedang. Sesar naik pada bukit batu putih ini mengarah ke
Tenggara. Dilokasi ini ditemukan batu gamping (lime stone) dengan sisipan batu
pasir dan juga mineral kalsit serta dolomit.
B.
Saran
1.
Diharapkan para mahasiswa mampu memahami
gejala-gejala atau fenomena geomorfologi, geologi dan mineralogi yang ditemukan
pada saat praktikum.
2.
Diharapkan pada pelaksanaan kegiatan
praktikum yang bersifat out door ini,
dapat lebih ditingkatkan lagi mengingat kegiatan praktikum di lapangan
berlangsung lebih aplikatif.
Daftar
Pustaka
Graha, Setia, Doddy
(1987). Batuan dan Mineral. Bandung:
Nova
http://ikhsangeologi.blogspot.co.id/2013/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://www.slideshare.net/komarreza/240348988-laporanhasilpraktikummineralogi
http://www.slideshare.net/komarreza/240348988-laporanhasilpraktikummineralogi
http://tluye.blogspot.co.id/2014/10/kalsit-kuarsa-dan-pirit.html
sangat membantu.. matur suwun.
BalasHapuslengkap sekali kak makasih
BalasHapusukuran bucket excavator pc 200